Standar Baru Produk Kosmetik: Sustainability

13 November 2022

foto artikel

Kosmetik (Unsplash)


Kosmetik dan sustainability

Sejak dulu, manusia selalu mencari cara untuk mempercantik penampilan mereka, salah satunya dengan menggunakan kosmetik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosmetik adalah “bahan untuk mempercantik wajah, kulit, rambut, dan sebagainya”. Jenis-jenis kosmetik sangat beragam, mulai dari perawatan kulit, perawatan mandi, lipstik, bedak, sampai pewarna rambut. Adapun tujuan dari pemakaian kosmetik di antaranya adalah meningkatkan rasa percaya diri, daya tarik, faktor lingkungan, ataupun sekadar perawatan.

Minat yang besar terhadap produk kosmetik ini mengakibatkan adanya fenomena yang disebut dengan tren kecantikan. Fenomena ini membuat banyak orang senang membeli kosmetik baru untuk dikoleksi dan dicoba dengan melihat kualitas produk, kemasan yang unik, atau formula baru. Tren ini bukanlah hal yang baru, tetapi diiringi dengan adanya teknologi dan globalisasi yang cepat sehingga mengakibatkan tren kecantikan turut berkembang. Fenomena ini juga membuat perusahaan kecantikan gencar mengeluarkan berbagai produk baru yang unik dan inovatif.

Fenomena ini terjadi pula pada tren produk kosmetik berbasis sustainability. Berdasarkan Fortune Business Insights, tren produk ini sudah mulai muncul pada 2017, diperkirakan akan meluap lebih tinggi pada 2028. Sustainability merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk melestarikan sumber daya alam dan melindungi ekosistem global. Produk kosmetik berbasis sustainability berbicara mengenai produk yang menggunakan bahan-bahan alami dari bahan baku terbarukan.

Lahir dari kesadaran akan sisi gelap kosmetik

Tren produk kosmetik berbasis sustainability di Indonesia dapat dilihat dari merek-merek kosmetik yang populer karena konsep vegan dan cruelty-free mereka, seperti The Body Shop, LOLI Beauty, Love Beauty & Planet, dan lain sebagainya. Selebritas internasional seperti Ariana Grande, Harry Style, Billie Eilish, dan masih banyak lagi juga turut merilis produk kosmetik berbasis sustainability mereka. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh gerakan kosmetik ini dinilai sangat kuat, bahkan menjadi sebuah standar dalam memilih kosmetik.

Munculnya tren kosmetik sustainability tentu memiliki sebab akibatnya. Bukan rahasia lagi bahwa produk kosmetik sering kali menggunakan bahan-bahan kimia yang dinilai berbahaya. Untuk manusia, produk-produk berbahaya ini dapat berupa produk yang mengklaim dapat memutihkan kulit dan menghilangkan jerawat secara instan. Menurut SIGMA Test and Research Centre, produk kosmetik seperti masker wajah sekali pakai dapat berbahaya bagi lingkungan karena sulit untuk didaur ulang. Selain itu juga dapat dilihat dari penggunaan kemasan material plastik yang masif digunakan pada produk kosmetik dan limbah yang dihasilkan.

Selain tentang pencemaran lingkungan, kosmetik juga mempunyai hal yang dinilai sangat kontroversial, yaitu penggunaan percobaan kepada binatang. Praktik tersebut merupakan pengujian suatu produk kosmetik terhadap binatang sebelum produk tersebut dijual ke pasaran. Menurut The Humane Society of the United States, binatang yang paling sering dijadikan sebagai korban percobaan untuk produk kecantikan antara lain kelinci, babi, dan tikus. Pemberlakuan larangan pengujian kosmetik pada binatang mulai diterapkan di Uni Eropa, diiringi dengan negara-negara lainnya seperti India, Israel, Norwegia, Islandia, Swiss, dan Meksiko. Di Indonesia, ketegasan terhadap pelanggaran praktik tersebut masih belum jelas, tetapi perkembangannya sudah dapat mulai dilihat.

Manfaat kosmetik berbasis sustainability

Adanya tren kosmetik berbasis sustainability merupakan perlawanan dari pembuatan produk kosmetik yang telah lama merusak, dan telah dimaklumi selama berabad-abad. Tren ini membuktikan bahwa adanya progres orang-orang untuk memilih menggunakan produk kosmetik yang berpihak pada lingkungan dan kehidupan. Adapun manfaat dari kosmetik berbasis sustainability ini antara lain:

~

Penulis: Shafiqah Alifia Annisa

Sumber: Acme Hardesty, Unsustainable Magazine, Humane Society, CNN Indonesia, dan Fortune Business Insights