Omicron, Varian Baru dengan Tingkat Transmisibilitas Tinggi

23 Februari 2022

foto artikel

Ilustrasi Virus Omicron (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia)


Setelah berlangsung lamanya pandemi Covid-19, perang dengan virus ini akan masih terus berlanjut ketika ditemukannya varian baru yang disebut dengan Omicron. Varian ini pertama kali ditemukan di Botswana, Afrika Selatan, pada 11 November lalu dan telah menyebar di seluruh penjuru bumi.

Walaupun menyebar lebih cepat, gelombang Omicron dikabarkan menghasilkan lebih sedikit kasus rawat inap dan kematian daripada gelombang varian Covid-19 sebelumnya. Para peneliti juga mengungkap bahwa lonjakan angka positif Omicron tergantung dari tingkat kekebalan populasi yang terdampak tersebut, seperti wilayah dengan tingkat kesehatan rendah akan sangat berpotensi terkena Omicron dan gejala yang ditimbulkan lebih menonjol.

Adapun untuk gejala dari varian Omicron ini dinyatakan tidak terlalu berbeda dengan varian Covid-19 lainnya: demam, pusing, tenggorokan kering, pilek, dan mual. Namun, sejauh ini, Omicron memiliki kasus kehilangan indra pengecap dan penciuman yang jauh lebih sedikit.

Babak Baru Pandemi

Dunia telah diguncangkan dengan kehadiran Covid-19 akhir 2019 lalu, yang tidak lama kemudian menyebar ke seluruh penjuru negeri. Kita dapat mengingat kembali kemunculan fenomena panic buying, ketidaksiapan berbagai industri dalam menghadapi pandemi, dan kegaduhan dalam rumah sakit.

Seiring berjalannya waktu, aktivitas fisik baik bagi pekerja maupun pelajar dengan masih menjalankan aturan protokol kesehatan sudah terlaksanakan semenjak pertengahan 2021 lalu, yang tidak lama kemudian dibatasi kembali karena adanya gelombang Omicron.

Kekhawatiran pada virus varian baru ini lebih kepada tingginya transmisibilitas dan masih kurangnya tingkat efektivitas vaksin yang diperlukan. Keterbatasan data juga menjadi hambatan untuk memprediksi secara maksimal apakah Omicron mempunyai karakteristik tertentu atau tingkat menular yang lebih tinggi daripada varian lainnya.

Vaksinasi dan Disiplin Protokol

Dalam pencegahan penularan virus Omicron, WHO (World Health Organization) menekan vaksinasi sebagai alat yang penting dalam melawan pandemi. Sampai sekarang, peneliti masih mengembangkan dan meneliti vaksin Omicron lebih lanjut. Namun, untuk saat ini masyarakat sudah dapat melakukan vaksinasi dosis booster bagi mereka yang berumur lima tahun ke atas di tempat kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit terdekat jika sudah melakukan vaksinasi Covid-19 lebih dari enam bulan.

Walaupun vaksinasi telah dilakukan oleh suatu individu, bukan berarti pencegahan secara fisik berhenti dilakukan. Adanya virus Omicron membuat protokol kesehatan di Indonesia kembali diketatkan. Berikut adalah disiplin protokol yang dapat dilakukan sehari-hari dan sangat sederhana:

  1. Memakai masker ketika sedang berada di ruangan publik
  2. Mencuci tangan secara rutin, khususnya setelah melakukan suatu aktivitas
  3. Menghindari keramaian dan menjaga jarak aman minimal 1 meter atau 6 kaki
  4. Membersihkan pakaian dan ruangan secara berkala
  5. Tidak keluar rumah jika merasa tubuh tidak fit

Tidak lupa untuk mengajak dan memperingati orang-orang terkait pentingnya vaksinasi dan juga pelaksanaan protokol kesehatan. Gelombang virus Omicron merupakan peringatan untuk kita semua bahwa varian virus baru bisa saja turut bermunculan jika masyarakat terus mengabaikan protokol kesehatan yang ada.

~

Penulis: Shafiqah Alifia Annisa

Sumber: WHO, Omicron SARS-CoV-2 variant: a new chapter in the COVID-19 pandemic, Effectiveness of BNT162b2 Vaccine against Omicron Variant in South Africa, Challenges in Inferring Intrinsic Severity of the SARS-CoV-2 Omicron Variant, dan Omicron penyebab COVID-19 sebagai variant of concern