Di Balik Tren Self-Reward: Keborosan Tersembunyi

18 Februari 2022

foto artikel

Belanja dalam Jumlah yang Banyak (Shutterstock)

Baru-baru ini, istilah self-reward mulai banyak terdengar di masyarakat Indonesia. Secara singkat, self-reward adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri. Umumnya, hal ini dilakukan seseorang setelah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit sebagai bentuk dari apresiasi diri sendiri atas pencapaian tersebut. Saat ini, budaya self-reward sedang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia, seperti dengan membeli pakaian, bepergian, atau menikmati refleksi tubuh.

Budaya ini seolah-olah telah menjadi suatu budaya baru di masyarakat kita. Sesungguhnya, melakukan self-reward itu bukan perbuatan yang salah. Tentunya kita juga perlu mengapresiasi kerja keras yang telah kita lakukan. Hal seperti ini sebenarnya memang normal dan merupakan sifat asli manusia. Lestari (2018, p.2) menyatakan bahwa individu selalu mencari kepuasan dengan cara mengonsumsi barang yang bukan kebutuhannya melainkan untuk memenuhi keinginannya.

Meskipun budaya memberi penghargaan pada diri sendiri ini wajar, kita tetap perlu berhati-hati. Mengapresiasi diri sendiri tidak salah, tetapi hal ini dapat menjadi salah ketika kita melakukan secara berlebihan. Salah satu dampak negatif dari self-reward ini adalah memicu terjadinya perilaku konsumtif. Oleh sebab itu, kita harus pintar-pintar dalam mengontrol diri kita sendiri agar tidak terjerumus pada perilaku yang konsumtif.

Perilaku konsumtif merupakan perilaku yang menimbulkan keinginan untuk membeli barang-barang ataupun menggunakan jasa hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi semata dan tidak lagi memandang manfaat atau urgensi baik dari barang maupun jasa tersebut.

Bagi yang merasa selalu kekurangan uang atau boros, mungkin kita dapat memperhatikan kembali gaya hidup yang selama ini dijalani. Bisa jadi tanpa sadar, kita sudah terjerumus dalam gaya hidup yang konsumtif. Penting untuk diketahui, perilaku konsumtif memiliki beberapa karakteristik. Menurut Munandar (Widyaningrum & Puspitadewi. 2016, pt. 103), ada tiga karakteristik dari perilaku konsumtif, yaitu:

  1. Mudah terbujuk rayuan penjual.
  2. Punya perasaan tidak enak pada penjual.
  3. Tidak sabar jika ingin membeli barang sehingga dalam membeli barang tidak berdasarkan banyak pertimbangan dan hanya karena keinginan sesaat.

Perhatikanlah karakteristik-karakteristik tersebut. Jika merasa memiliki sifat-sifat seperti itu, kemungkinan besar selama ini kamu telah terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang dapat memberikan berbagai macam dampak negatif (Awaliyah dan Hidayat, 2008, pt. 72-73), yaitu mengurangi tabungan, investasi, pendapatan, dan rasa urgensi untuk memprioritaskan kebutuhan mendasar serta menumbuhkan kecemburuan sosial.

~

Penulis: Jordy Rivaldo

Sumber: Analisis perilaku konsumtif dan penanganannya (Studi kasus pada satu peserta didik di SMK negeri 8 Makassar) dan Upaya meminimalkan perilaku konsumtif melalui layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP negeri 12 Semarang tahun ajaran 2010/2011